Napoli Jadi Raja di Italia Lagi!
Jumat Malam
waktu naples atau sabtu dinihari waktu Indonesia menjadi waktu yang bersejarah
bagi masyarakat kota naples dan segenap pendukung SSC Napoli. Hari itu menjadi
hari yang spesial sebab mereka merengkuh scudetto untuk kali keempat
sepanjang sejarah klub. Torehan itu serasa begitu spesial mengingat begitu
banyak wajah baru yang menghiasi skuad Napoli pada musim ini. Kemenangan atas
Cagliari menjadi factor penentu keberhasilan anak asuh Antonio Conte merenggut
piala Serie-A italia dari kota milan, di
mana Inter Milan menjuarai liga italia musim sebelumnya.
Mengwali musim dengan tidak cukup baik, bahkan pergerakan tim di
bursa transfer yang cenderung memanas. Hal ini akibat perselisihan dengan salah
satu bintang mereka ketika merengkuh scudetto musim 2022-2023, Victor
Oshimen. Perselisihan yang pada akhirnya gagal diredam manajemen dan bermuara
pada dipinjamkannya Oshimen ke klub Turki Galatasaray. Sebagai ganti, manajemen
menunjuk pelatih kawakan Serie-A Antonio Conte untuk menahkodai tim mengarungi
musim baru. Conte pun mengajukan beberapa sebagai bagian dari puzzle kerangka
tim yang ia susun, diantara nama tersebut adalah Scout Mc Tominay dan Romelu
Lukaku.
Setelah merampungkan pembentukan skuad, serangkaian uji coba juga
dilakukan untuk mengukur kematangan dan kedalaman skuad. Namun tampaknya
seiring beberapa nama yang meninggalkan tim ditambah bayang-bayang performa
buruk musim sebelumnya dengan hanya finish di peringkat kesepuluh membuat
Napoli sedikit gugup. Menghadapi Hellas Verona di pekan pembuka Serie A mereka
justru takluk dengan skor yang lumayan telak, tiga gol tanpa balas.
Karakter Juara Conte Jadi Pembeda
Bukan Antonio Conte
jika tidak mampu menemukan solusi dalam setiap krisis, dua trofi serie-A
bersama Inter dan Juventus adalah bukti. Terbukti setelah kekalahan menyakitkan
di kandang Hellas Verona semua pertandingan berlalu tanpa kekalahan hingga
pekan kesebelas. Sebuah torehan yang cukup gemilang mengingat ini adalah musim
pertama Conte menukangi Napoli dengan beberap wajah baru di Skuad Il Partenopei. Hingga ujian berikutnya bagi skuad asuhan Conte di periode akhir
tahun 2024, ketika mereka menghadapi laga bergengsi menghadapi atalanta,
internazionale Milano dan dua kali melawan SS Lazio di Coppa Italia dan
Serie-A.
Seperti halnya kata pepatah, tiada
gading yang tak retak, skuad yang kuat asuhan conte itu harus bertekuk lutut
kembali kepada Atalanta, lagi-lagi dengan margin tiga gol tanpa balas. Mereka juga
gagal memetik tiga poin kala bertanding melawan Internazionale Milano. Ditambah
dua kekalahan beruntun atas Lazio membuat mereka harus tersingkir dari Coppa
Italia dan membuat jarak poin di klasemen sementara semakin berbahaya bagi
Napoli. Beruntung lewat karakteristik kuat yang dmiliki dan ditanamkan Antonio
Conte, Napoli berhasil melewati rentetan hasil buruk dengan kembali mendulang
kemenangan demi kemenangan.
Tak tanggung-tanggung sang kapten tim,
Giovanni Di Lorenzo menyebut pera Antonio Conte begitu vital dalam setiap
kemenangan Napoli. Hingga mereka mencetak sejarah dengan membukukan raihan
gelar scudetto keempat mereka. Bagi Conte sendiri ini adalah sebuah raihan yang
bersejarah bagi karier kepelatihannya. Tercatat Conte adalah sosok pelatih
pertama yang mampu meraih scudetto setelah sebelumnya capaian yang sama berhasil ditorehkan Fabio Capello
bersama Internazionale Milano, Roma dan Juventus. Namun sayangnya torehan juara
Capello bersama Juventus harus dianulir akibat kasus calciopolli yang menyeret Juventus dan merampas mahkota
mereka.
Kepergian Kvaratskhelia
Di
tengah euphoria persaingan scudetto yang tengah memas bersama Inter nazionale Milano dan Atalanta, Napoli
harus kembali berduka. Setelah di awal musim harus berpisah dengan juru gedor
utama, Victor Oshimen kini mereka harus merelakan salah satu tumpuan mereka,
Kvicha Kvaratskhelia yang memilih menerima pinangan Paris Saint German asuhan
Luis Enrique. Tentu bukan hal yang mudah bagi sebuah tim yang tengah berjuang
di jalur juara untuk kehilangan bintang mereka.
Apakah kota Naples berduka? Tentu iya,
mengingat begitu esensial peran Kvara-dona di musim musim sebelumnya. Apalagi Napoli
tengah dalam tren yang cukup positif. Akan tetapi bukanlah Antonio Conte bila
tak memiliki strategi jempolan untuk menambal lubang yang ditinggalkan Kvara.
Conte lantas mengubah focus utama permainan menjadi lebih memperkuat pertahanan
dan mengandalkan kedisiplinan, karakteristik yang kuat dan sepakbola pragmatis
sebuah ciri khas permainan yang tidak asing bagi Conte.
Kedisiplinan menuntun Kesuksesan
Setelah
mengalihkan focus dalam strategi dan pendekatan permainan, Conte dan Napoli
perlahan menempel sang capolista, Inter Milan. Tersingkirnya mereka dari Coppa
Italia membawa berkah tersendiri, ditambah mereka tidak berpartisipasi dalam
kompetisi eropa apapun membuat para pemain Napoli lebih bugar ketimbang
pesaingnya, Internazionale Milano yang harus membagi focus antara Serie-A, Liga
Champions Eropa dan Coppa Italia. Tetapi tentu sebesar apapun kesempatan tidak
akan berarti apapun jika tidak dibarengi dengan kesiapan yang prima.
Ketika Internazionale Milano terpeleset
di detik-detik terakhir kompetisi, ketika mereka harus membagi perhatian antara
persiapan menghadapi Barcelona di semifinal Liga Champions Eropa dan menjauh
dari kejaran Napoli. Napoli yang terus menerus ditempa latihan berat dan segala
program ala Conte seakan mengambil alih keadaan dengan menikung Inter dalam
perburuan gelar juara. Sebuah langkah yang amat disyukuri public Naples ketika
mereka berhasil mengkudeta Internazionale Milano dari capolista.
Kedisiplinan skuad asuhan Antonio Conte tidak tercermin dari satu
pertandingan, akan tetapi dari rangkaian pertandingan-pertandingan di musim
yang berat. Terbukti dari catatan statistic yang begitu gemilang, dimana Napoli
hanya mengalami kekalahan empat kali musim ini. Catatan yang semakin sempurna
melihat bagaimana lini tengah hingga pertahanan mereka begitu solid, tercatat
Napoli sudah berhasil mencapai 19 kali nirbobol dalam semusim.
Catatan lini penyerangan memang tidak
terlalu mentereng dibandingkan para competitor. Napoli hanya berhasil
menyarangkan 53 goal dan hanya menjadi tim terproduktif kelima di bawah para
pesaing mereka seperti Internazionale Milano dan Atalanta. Namun Conte
benar-benar menepati janjinya untuk berfokus pada pendekatan sepakbola yang
mengedepankan kerapatan dan solidnya barisan pertahanan. Dari rataan peluang
kebobolan atau biasa disebut XGC inter menempati ranking kedua puluh dengan
angka 30,7 ini merupakan yang terbaik dari seluruh kontestan di Serie-A.
Kedisiplinan permainan Napoli di bawah
asuhan Conte juga tercermin lewat jumlah perolehan kartu kuning. Mereka tercatat
menjadi tim yang paling sedikit menerima kartu kuning dengan 48 kartu kuning
sepanjang musim. Tentu ini adalah sebuah catatan yang lagi-lagi menggambarkan
betapa skuad “baru” Napoli membawa nilai kedispilinan aura yang berbeda. Dengan aura yang berbeda,
mereka menciptakan gairah yang lebih menggelora dan pada akhirnya menghadirkan
scudetto keempat sepanjang sejarah tim. Selamat berpesta kota Naples!
Komentar
Posting Komentar