Real Madrid dijadwalkan akan bertandang ke kandang rival sekota mereka Atletico Madird dalam lanjutan fase knockout UEFA Champions League musim 2024-2025. Menjelang leg kedua, Pelatih Real Madrid Carlo Ancelloti dalam konferensi pers menyebut bahwa ia dan pasukannya optimis dapat melaju ke babak selanjutnya di kompetisi ini. Setali tiga uang dengan optimisme yang digaungkan kubu tim tamu, Diego Simeone pun menyebut anak-anak asuhannya akan bermain lebih solid dan kolektif untuk mengejar ketertinggalan defisit satu gol di pertemuan pertama, dimana Atletico harus takluk 1-2 di Stadion Santiago Bernabeu.
Atletico yang berambisi mengejar kemenangan dengan minimal selisih
dua gol turun dengan formasi 4-4-2. Mengandalkan kreatifitas duo Alvarez dan
Griezmann. Sedangkan sang tamu yang sudah bisa diperkuat Jude Bellingham turun
dengan formasi 4-2-3-1. Dengan Mbappe sebagai ujung tombak yang akan dilayani
sajian kreatifitas dari trio Vinicius, Bellingham dan Rodrigo. Sekilas kedua
pelatih memang mencoba menurunkan squad terbaik yang mereka miliki, meskipun
isu cidera tidak bisa dianggap remeh. Utamanya bagi tim tamu yang tidak bisa
diperkuat nama-nama inti seperti Dani Carvajal, Ceballos, bahkan Eder Militao.
29 detik setelah sepak mula dilakukan, serang pertama atletico
dengan umpan lambung menyasar kotak 16
meter real Madrid menyebabkan kepanikan. Barisan belakang yang dihuni Rudiger
dan bek muda Raul Asencio tidak sempurna menghalau bola. Sehingga bola justru
jatuh ke dalam penguasaan Griezmann yang mengalirkan bola menuju Conor
Gallagher dan memberikannya kepada Alvarez dan kemudian disodorkan kepada
Rodrigo De Paul yang membuka ruang di sisi kanan. De Paul tanpa berpikir
panjang melepaskan umpan mendatar ke mulut gawang yang berhasil disambar oleh
Gallagher dan berbuah gol. Gol yang
kemudian menaikan tensi pertandingan menjadi lebih intens dan seru.
Atletico yang sedang di atas angina mencoba lebih realistis dengan
menumpuk pemain di barisan pertahanan sambil sesekali mengandalkan serangan
balik. Kecepatan Griezmann dan teknik tinggi Alvarez terbukti merepotkan
barisan pertahanan Real Madrid. Terbukti dengan banyaknya tendangan mengarah ke
gawang yang berhasil dilepaskan, meskipun sepanjang pertandingan Atletico hanya
memiliki 38 % penguasaan bola. Pun dengan rata-an kemungkinan mencetak gol
“expected goal” yang dimiliki Atletico 1,42 masih lebih tinggi ketimbang tim
tamu yang hanya berhasil mencatatkan 1,15 saja. Janji Simeone bahwa anak
asuhnya akan tampil solid ternyata berhasil ia penuhi dan buktikan kepada public
Riyadh Air Metropolitano.
Real Madrid yang langsung tersengat di menit pertama pertandingan
mencoba menata ulang semuanya. Mengandalkan kecepatan Mbappe ditunjang
kreatifitas gelandang-gelandang produktif mereka mencoba membongkar pertahanan
tim tuan rumah. Hasilnya pada 25 menit babak kedua, penetrasi Mbappe di kotak
penalty Atletico gagal dihentikan dan memaksa Clement Lenglet menjatuhkan
Mbappe di area terlarang secara paksa. Juru adil Szymon Marciniak pun kontan
menunjuk titik putih dan memberikan hadiah penalty kepada Real Madrid. Vinicius
yang sepanjang pertandingan mendapatkan terror dari supporter tim tuan rumah
mencoba membalas terror tersebut dengan maju sebagai algojo penalty. Siapa
sangka, sepakan titik 12 pas Vinicius justru melambung dan gagal berbuah gol.
skor 1-0 untuk keunggulan tim tuan rumah bertahan hingga waktu normal berakhir.
Sesuai regulasi, bahwa apabila waktu normal berakhir dan skor masih
imbang sama kuat maka pertandingan akan dilanjutkan ke babak tambahan sepanjang
30 menit dan terdiri dari 15 menit babak pertama dan 15 menit babak kedua.
Namun apalah daya, solidnya pertahanan tim tuan rumah belum mampu ditembus
barisan penyerang mewah “Los Galacticos”. Hasil ini mau tidak mau membuat
pemenang harus ditentukan lewat tendangan adu penalty. Kedua tim pun menunjuk
kelima algojo terbaik untuk menyelesaikan tugas mengeksekusi penalty.
Real Madrid mengawali kontes adu penalty dengan mengirim Mbappe
sebagai eskekutor pertama dan berhasil menunaikan tugasnya. Begitupun atletico
yang mengirim ujung tombak asal norwegia, Alexander Sorloth yang kemudian
berhasil menuntaskan tugasnya. Tibalah algojo kedua mengeksekusi tendangan
penalty, Bellingham berhasil menunaikan tugasnya. Sementara Alvarez yang
terpeleset memang melesakkan bola ke gawang Thibaut Courtouis, tetapi wasit VAR
menganulir hal tersebut. Eksekutor ketiga, Valverde dan Correa dari
masing-masing klub berhasil menunaikan tugasnya dengan baik. Sementara
masing-masing eksekutor keempat Vazquez dan Llorente gagal menjalankan tugasnya.
Tibalah sepak penentuan oleh Antonie Rudiger, Jan Oblak selaku penjaga gawang
Atletico telah menebak arah tendangan dengan benar, akan tetapi bola kemudian
memantul ke dalam gawang dan berbuah gol. gol yang membawa Real Madrid sekali
lagi lolos dari lubang jarum, lolos menuju perempat final UCL sekali lagi, dan
mengingkirkan rival sekota mereka Atletico Madrid.
Kepemimpinan Szymon Marciniak
Pertandingan antara Real Madrid dan
Atletico Madrid tentu bukan pertandingan biasa. Pertandingan bergelar El Derby
Madrileno atau derby Madrid ini selalu menyajikan permainan yang keras bahkan
tak jarang menjurus kasar. Musim ini kedua klub terlibuat persaingan sengit,
bukan hanya di level domestic akan tetapi juga di level eropa. Szymon Marciniak
yang didapuk UEFA sebagai juru adil dalam pertandingan ini berhasil mengemban
tugas yang berat ini dengan cukup baik. Tercatat ada 8 kartu kuning yang ia
berikan dengan rincian 4 untuk tim tuan rumah dan 4 untuk tim tamu. Dalam
beberapa kejadian duel di lapangan, Marciniak berhasil meredam bibit-bibit
konflik akibat friksi antar para pemain. Dalam pelanggaran Vazquez terhadap
Correa misalnya, ia tak ragu mencabut kartu kuning dari sakunya untuk menghukum
Vazquez karena professional foul dan juga ia menghukum Llorente karena terlibat
friksi dengan Vazquez. Tentu hal ini yang membuat para pemain merasa segan
terhadap sang juru Adil.
Kontoversi Penalty Alvarez
![]() |
https://www.sportingnews.com/us/soccer/news/julian-alvarez-penalty-disallowed-var-atletico-real-madrid/9780030b7d5af2b443f91c71 |
Di luar dari hasil pertandingan,
spotlight mengarah pada eksekusi penalty kedua yang dilakukan oleh Julian
Alvarez. Bola yang ditendang oleh Alvarez menghujam gawang yang dijaga Thibaut
Cortouis, skorpun berubah menjadi 2-2 dalam babak adu penalty. Algojo ketiga
dari Real Madrid pun bersiap mengambil tendangan. Sampai sebuah panggilan dari
ruang VAR kepada Marciniak menginisiasi adanya pelanggaran yang terjadi dalam
eksekusi Avarez. Dalam tayangan ulang, eksekusi Alvarez dengan sedikit
terpeleset diklaim telah menimbulkan dua kali sentuhan terhadap bola “Double
touch”. Klaim tersebut dibenarkan dan akhirnya eksekusi penalty Alvarez dianulir
dan pemain asal Argentina tersebut dianggap gagal mengeksekusi penalty.
Dalam
aturan resmi yang dirilis oleh IFAB “International Football Association Board”
yang berpusat di Jenewa Swis dalam aturan nomer 14 tentang Penalty disebutkan. “
penalty taker cannot touch the ball twice before another player makes contact. If
this happens the referee must award an indirect free-kick to the opposing team”.
Singkatnya seorang penendang tidak diperkenankan menyentuh bola dua kali ketika
mengeksekusi penalty. Apabila hal tersebut terjadi maka wasit mmberikan
tendangan bebas tidak langsung kepada tim lawan. Inilah yang kemudian
menyebabkan penalty tersebut dibatalkan dan diputuskan tidak sah dan tidak
diulang. Hal yang sama pernah terjadi dalam pertandingan English Premier League
antara Newcastle United melawan Fulham. Aleksander Mitrovic yang menjadi algojo
bagi Fulham terpeleset ketika menendang penalty sehingga gol nya kemudian
dianulir. Dan pada akhir pertandingan Fulham harus mengakui keunggulan tuan
rumah Newcastle United.
Bukan lah sepakbola jika tidak
menyajikan drama. Kontroversi tersebut muncul ketika dalam tayangan ulang,
visibilitas sentuhan kedua yang dilakukan oleh Alvarez terlalu samar. Bahkan meskipun
sudah diulang dan dilihat dari berbagai sudut, hasilnya tetap samar. Ditambah pernyataan
logis pelatih Atletico, Diego Simeone yang mengatakan bahwa jika Alvarez
melakukan dua kali sentuhan tentu bola yang ia tending akan berubah arah dan
kekuatannya akan berkurang, tetapi pada akhirnya tendangan tersebut tetap
mengarah ke gawang dengan kecepatan yang normal. Akan tetapi bagaimanapun,
keputusan sudah dibuat dan Atletico harus rela tersingkir oleh rival abadi
mereka di babak knock out musim ini. Dan baik pelatih Real Madrid dan Atletico
menerima dengan lapang dada hasil ini dan menganggap para pemain sudah bekerja
keras dan menampilkan pertandingan yang menarik.
Komentar
Posting Komentar